Rabu, 13 Oktober 2010

Sepotong narasi

setelah akhirnya siang usai juga menanam cahaya di setiap tungku-ingatan
deru kian desing mencabut aksara gulana jiwa dengan  peristiwa miriskan hati setiap senjanya menjelma
negeri wasior tercinta, air mata seribuan menetas ketanah jadi saksi bisu abadi
setelah tanah begitu pongah, apakah lagi semesta alam yang tak seroja merona di sungging senyuman angin dan kicau burung petandang di dahan-dahan musim

saudaraku mengirimkan tanya lewat suara menderu di bukit awan kelam
bukan lantaran cinta yang tiada tumbuh di sana
atau karena gadisnya yang elok tak lagi memandikan wajah di batu-batu pancuran
"ini persoalan undang-undang katanya"
kemerdekaan menjadi alasan mereka menistakan cinta menikam bumi tanpa pamit

saudaraku di akhir suratnya lewat angin
"tengoklah angin kian risau menderu dari bukit kebukit yang lapang"

di jalan perempatan kota bulukumba

Label:

2 Comments:

Posting Komentar



<< Home


Ut enim ad minim veniam, consectetur adipisicing elit, ullamco laboris nisi. Ut labore et dolore magna aliqua. Cupidatat non proident, sunt in culpa velit esse cillum dolore. Qui officia deserunt in reprehenderit in voluptate ullamco laboris nisi. Lorem ipsum dolor sit amet, sunt in culpa eu fugiat nulla pariatur.

Sed do eiusmod tempor incididunt velit esse cillum dolore excepteur sint occaecat. Duis aute irure dolor. Ut enim ad minim veniam, excepteur sint occaecat ullamco laboris nisi. Duis aute irure dolor cupidatat non proident, consectetur adipisicing elit.Sed do eiusmod tempor incididunt velit esse cillum dolore excepteur sint occaecat. Duis aute irure dolor. Ut enim ad minim veniam, excepteur sint occaecat ullamco laboris nisi. Duis aute irure dolor cupidatat non proident, consectetur adipisicing elit.